BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan
anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun
berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di
lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan kepribadian,
psikomotor, kognitif maupun sosialnya.
Untuk itu pendidikan untuk usia dini dalam bentuk pemberian
rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat
diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.
1.2 Tujuan pembuatan makalah
Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan
2. Melatih mahasiswa untuk dapat mengembangkan keterampilan yang
dimilikinya.
3. Melatih mahasiswa dalam pengalaman langsung atau tidak langsung dalam
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan
meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat
dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan
dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk
mengajar kebudayaan melewati generasi.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia
dini mulai lahir sampai baligh (kalau perempuan ditandai menstruasi
sedangkan laki-laki sudah mimpi sampai mengeluarkan air mani) adalah
tanggung jawab sepenuhnya orang tua. Menurut Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 butir 14,
pendidikan anak usia dini didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
" Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas,
yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam
memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
" Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1
adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan
penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8
tahun.
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
" Infant (0-1 tahun)
" Toddler (2-3 tahun)
" Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
" Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)
Hal-hal yang harus dipahami dalam Karakteristik Anak Usia Dini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh anak, yang bermanfaat bagi perkembangan hidupnya.
2. Mengetahui tugas-tugas perkembangan anak, sehingga dapat
memberikan stimulasi kepada anak, agar dapat melaksanakan tugas
perkembangan dengan baik.
3. Mengetahui bagaimana membimbing proses belajar anak pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.
4. Menaruh harapan dan tuntutan terhadap anak secara realistis.
5. Mampu mengembangkan potensi anak secara optimal sesuai dengan keadaan dan kemampuannya.
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan Komitmen Dunia seperti yang tertera dalam kutipan sebagai berikut:
" Komitmen Jomtien Thailand (1990)
'Pendidikan untuk semua orang, sejak lahir sampai menjelang ajal.'
" Deklarasi Dakkar (2000)
'Memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak
usia dini secara komprehensif terutama yang sangat rawan dan terlantar.'
" Deklarasi "A World Fit For Children" di New York (2002)
'Penyediaan Pendidikan yang berkualitas'
2.3 Perkembangan Anak
Ditinjau dari psikologi perkembangan, usia 6-8 tahun memang masih berada
dalam rentang usia 0-8 tahun. Itu berarti pendidikan yang diberikan
dalam keluarga maupun di lembaga pendidikan formal haruslah kental
dengan nuansa pendidikan anak usia dini, yakni dengan mengutamakan
konsep belajar melalui bermain. Perkembangan anak sebagai perubahan
psikologis menurut Kartini Kartono ditunjang oleh faktor lingkungan dan
proses belajar dalam fase tertentu.
Nana Syaodah Sukmadinata mengemukakan ada tiga pendekatan perkembangan
individu, yaitu Pendekatan Pentahapan, diferensial dan isaptif.
Khususnya pada pendekatan isaptif pada perkembangan anak mencakup
perkembangan psikososial, perkembangan motorik, perkembangan kognitif,
perkembangan sosial, perkembangan bahasa, perkembangan moral dan
perkembangan emosional.
tahapan perkembangan psikososial anak menurut Erik Erikson dalam Malcolm Knowles adalah sebagai berikut:
" Tahap kepercayaan dan ketidak percayaan (trust versus
misstrust), yaitu tahap psikososial yang terjadi selama tahun pertama
kehidupan. Pada tahap ini,bayi mengalami konflik anatara percaya dan
tidak percaya. Rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan
sejumlah kecil ketakutan serta kekhawatiran akan masa depan.
" Tahap otonomi dengan rasa malu dan ragu (autonomi versus shame
and doubt), yaitu tahap kedua perkembangan psikososial yang berlangsung
pada akhir masa bayi dan masa baru pandai berjalan. Setelah memperoleh
kepercayaan dari pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku
mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan rasa mandiri
atau atonomi mereka dan menyadari kemauan mereka. Jika orangtua
cenderung menuntut terlalu banyak atau terlalu membatasi anak untuk
menyelidiki lingkungannya, maka anak akan mengalami rasa malu dan
ragu-ragu.
" Tahap prakarsa dan rasa bersalah (initiatif versus guilt), yaitu
tahap perkembangan psikososial ketiga yang berlangsung selama tahun pra
sekolah. Pada tahap ini anak terlihat sangat aktif, suka berlari,
berkelahi, memanjat-manjat, dan suka menantang lingkungannya. Dengan
menggunakan bahasa, fantasi dan permainan khayalan, dia memperoleh
perasaan harga diri. Bila orangtua berusaha memahami, menjawab
pertanyaan anak, dan menerima keaktifan anak dalam bermain, maka anak
akan belajar untuk mendekati apa yang diinginkan, dan perasaan inisiatif
semakin kuat. Sebaliknya, bila orangtua kurang memahami, kurang sabar,
suka memberi hukuman dan menganggap bahwa pengajuan pertanyaan, bermain
dan kegiatan yang dilakukan anak tidak bermanfaat maka anak akan merasa
bersalah dan menjadi enggan untuk mengambil inisiatif mendekati apa yang
diinginkannya.
" Tahap kerajinan dan rasa rendah diri (industry versus
inferiority),yaitu perkembangan yang berada langsung kira-kira tahun
sekolah dasar. Pada tahap ini, anak mulai memasuki dunia yang baru,
yaitu sekolah dengan segala aturan dan tujuan. Anak mulai mengarahkan
energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan
intelektual.perasaan anak akan timbul rendah diri apabila tidak bisa
menguasai keterampilan yang diberikan disekolah.
" Tahap identitas dan kekacauan identitas (identity versus
identity confusion), yaitu perkembangan yang berlangsung selama
tahun-tahun masa remaja. Pada tahap ini, anak dihadapkan pada pencarian
jati diri. Ia mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya
sendiri, perasaan bahwa ia adalah individu unik yang siap memasuki suatu
peran yang berarti ditengah masyarakat baik peran yang bersifat
menyesuaikan diri maupun memperbaharui. Apabila anak mengalami krisis
dari masa anak kemasa remaja maka akan menimbulkan kekacauan identitas
yang mengakibatkan perasaan anak yang hampa dan bimbang.
" Tahap keintiman dan isolasi (intimacy versus isolation), yaitu
perkembangan yang dialami pada masa dewasa. Pada masa ini adalah
membentuk relasi intim dengan oranglain. Menurut erikson, keintiman
tersebut biasanya menuntut perkembangan seksual yang mengarah pada
hubungan seksual dengan lawan jenis yang dicintai. Bahaya dari tidak
tercapainya selama tahap ini adalah isolasi, yakni kecenderungan
menghindari berhubungan secara intim dengan oranglain kecuali dalam
lingkup yang amat terbatas.
" Tahap generativitas dan stagnasi (generativity versus
stagnation), yaitu perkembangan yang dialami selama pertengahan masa
dewasa. Ciri utama tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa
yang dihasilkan (keturunan, produk, ide-ide, dan sebagainya) serta
pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang.
Apabila generativitas tidak diungkapkan dan lemah maka kepribadian akan
mundul mengalami pemiskinan dan stagnasi.
" Tahap integritas dan keputusasaan (integrity versus despair),
yaitu perkembangan selama akhir masa dewasa. Integritas terjadi ketika
seorang pada tahun-tahun terakhir kehidupannya menoleh kebelakang dan
mengevaluasi apa yang telah dilakukan dalam hidupnya selama ini,
menerima dan menyesuaikan diri dengan keberhasilan dan kegagalan yang
dialaminya, merasa aman dan tentram, serta menikmati hidup sebagai yang
berharga dan layak. Akan tetapi, bagi orangtua yang dihantui perasaan
bahwa hidupnya selama ini sama sekali tidak mempunyai makna ataupun
memberikan kepuasan pada dirinya maka ia akan merasa putus asa.
Perkembangan Kognitif Anak Menurut PIAGET tahapan perkembangan ini dibagi dalam 4 tahap yaitu sebagai berikut:
1. Sensori Motor (usia 0-2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak.
Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena
didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.
Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah 'menangis'.
Menyampaikan cerita/berita Injil pada anak usia ini tidak dapat hanya
sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus
dengan sesuatu yang bergerak (panggung boneka akan sangat membantu).
2. Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada usia ini anak menjadi 'egosentris', sehingga berkesan 'pelit',
karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak
tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang di
sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai
mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang
sistematis - rumit.
Dalam menyampaikan cerita harus ada alat peraga.
3. Operasional Kongkrit (usia 7-11 tahun)
Saat ini anak mulai meninggalkan 'egosentris'-nya dan dapat bermain
dalam kelompok dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat
dimotivasi dan mengerti hal-hal yang sistematis.
4. Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)
Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena
mereka sudah mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit
maupun abstrak, sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga.
Pada umumnya dalam perkembangan Emosional seorang anak terdapat empat kunci utama emosi pada anak yaitu :
1. perasaan marah
perasaan ini akan muncul ketika anak terkadang merasa tidak nyaman
dengan lingkungannya atau ada sesuatu yang mengganggunya. Kemarahan pun
akan dikeluarkan anak ketika merasa lelah atau dalam keadaan sakit.
Begitu punketika kemauannya tidak diturutioleh orangtuanya, terkadang
timbulrasa marah pada sianak.
2. perasaan takut
rasa takut ini di rasakan anak semenjak bayi. Ketika bayi merekatakut
akan suara-suara yang gaduh atau rebut. Ketika menginjak masa anak-anak,
perasaan takut mereka muncul apabila di sekelilingnya gelap. Mereka pu
mulai berfantasi dengan adanya hantu, monster dan mahluk-mahluk yang
menyeramkan lainnya.
3. perasaan gembira
perasaan gembira ini tentu saja muncul ketika anak merasa senang akan
sesuatu. Contohnya ketika anakdiberi hadiaholeh orang tuanya, ketika
anak juara dalam mengikuti suatu lomba, atau ketika anak dapat melakukan
apa yang diperintahkan orang tuanya. Banyak hal yang dapat membuat anak
merasa gembira.
4. rasa humor
Tertawa merupakan hal yang sangat universal. Anak lebih banyak tertawa
di bandingkan orang dewasa. Anak akan tertawa ketika melihat sesuatu
yang lucu.
2.4 peranan keluarga
Keluarga adalah institusi pertama yang melakukan pendidikan dan
pembinaan terhadap anak (generasi). Disanalah pertama kali dasar-dasar
kepribadian anak dibangun. Anak dibimbing bagaimana ia mengenal
Penciptanya agar kelak ia hanya mengabdi kepada Sang Pencipta Allah SWT.
Demikian pula dengan pengajaran perilaku dan budi pekerti anak yang
didapatkan dari sikap keseharian orangtua ketika bergaul dengan mereka.
Bagaimana ia diajarkan untuk memilih kalimat-kalimat yang baik, sikap
sopan santun, kasih sayang terhadap saudara dan orang lain. Mereka
diajarkan untuk memilih cara yang benar ketika memenuhi kebutuhan hidup
dan memilih barang halal yang akan mereka gunakan. Kesimpulannya,
potensi dasar untuk membentuk generasi berkualitas dipersiapkan oleh
keluarga.
Keluarga dalam hal ini adalah aktor yang sangat menentukan terhadap
masa depan perkembangan anak. Dari pihak keluarga perkembangan
pendidikan sudah dimulai semenjak masih dalam kandungan. Anak yang
belum lahir sebenarnya sudah bisa menangkap dan merespons apa-apa yang
dikerjakan oleh orang tuanya, terutama kaum ibu.
2.5 Menumbuhkan Kecerdasan Anak Usia Dini
Seorang anak yang baru lahir, ia masih berada dalam keadaan lemah,
naluri dan fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya belum berkembang dengan
sempurna. Namun secara pasti berangsur-angsur anak akan terus belajar
dengan lingkungannya yang baru dan dengan alat inderanya, baik itu
melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan mapun pengecapan.
Anak berkemungkinan besar untuk berkembang dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosialnya. Bahkan anak bisa meningkat pada taraf perkembangan
tertinggi pada usia kedewasaannya sehingga ia mampu tampil sebagai
pionir dalam mengendalikan alam sekitar. Hal ini karena anak memiliki
potensi yang telah ada dalam dirinya.
Hal yang dibutuhkan anak agar tumbuh menjadi anak yang cerdas adalah
adanya upaya-upaya pendidikan sepertiu terciptanya lingkungan belajar
yang kondusif, memotivasi anak untuk belajar, dan bimbingan serta arahan
kearah perkembangan yang optimal. Dengan begitu menumbuhkan kecerdasan
anak yaitu mengaktualisasikan potensi yang ada dalam diri anak.
2.6 Karakteristik Belajar Anak
Menurut konsep PAUD yang sebenarnya, anak-anak seharusnya dikondisikan
dalam suasana belajar aktif, kreatif, dan menyenangkan lewat berbagai
permainan. Dengan demikian, kebutuhannya akan rasa aman dan nyaman tetap
terpenuhi. Kalaupun kepada siswa SD kelas awal ingin diajarkan konsep
berhitung, contohnya, pilihlah sarana pembelajaran melalui nyanyian atau
cara lain yang mudah dipahami dan menyenangkan.
Hanya saja, meski sama-sama melalui cara yang menyenangkan, tujuan
pendidikan anak usia prasekolah berbeda dari pendidikan anak usia
sekolah dasar awal. Kalau pendidikan bagi anak usia prasekolah bertujuan
mengoptimalkan tumbuh kembang anak, maka konsep pendidikan di awal
sekolah dasar bertujuan mengarahkan anak agar dapat mengikuti
tahapan-tahapan pendidikan sesuai jenjangnya. Selain tentu saja untuk
mengembangkan berbagai kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan guna
mengoptimalkan kecerdasannya.
2.7 Program Pendidikan Bagi Anak Usia Dini
Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1992 tentang pendidikan pra-sekolah,
pasal 4 ayat (1) disebutkan bahwa "bentuk satuan pendidikan pra-sekolah
meliputi Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain dan Penitipan Anak serta
bentuk lain yang diterapkan oleh Menteri.
BAB III
KESIMPULAN
Seorang anak yang baru lahir, ia masih berada dalam keadaan lemah,
naluri dan fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya belum berkembang dengan
sempurna. Hal yang dibutuhkan anak agar tumbuh menjadi anak yang cerdas
adalah adanya upaya-upaya pendidikan sepertiu terciptanya lingkungan
belajar yang kondusif, memotivasi anak untuk belajar, dan bimbingan
serta arahan kearah perkembangan yang optimal. Dengan begitu menumbuhkan
kecerdasan anak yaitu mengaktualisasikan potensi yang ada dalam diri
anak.
Masa usia dini merupakan Periode emas yang merupakan periode kritis bagi
anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat
berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa.
Sementara masa emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewat
berarti habislah peluangnya. Untuk itu pendidikan untuk usia dini dalam
bentuk pemberian rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan
terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan
dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan
(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio
emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi,
sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh
anak usia dini.
Ditinjau dari psikologi perkembangan, usia 6-8 tahun memang masih berada
dalam rentang usia 0-8 tahun. Itu berarti pendidikan yang diberikan
dalam keluarga maupun di lembaga pendidikan formal haruslah kental
dengan nuansa pendidikan anak usia dini, yakni dengan mengutamakan
konsep belajar melalui bermain.
DAFTAR PUSTAKA
M. Taqiyuddin. (2005). Pendidikan Untuk semua (Dasar dan Falsafah Pendidikan Luar Sekolah). Cirebon: STAIN Cirebon Press.
Purwanto. Ngalim. (2006). Ilmu pendidikan teoretis dan praktis. Bandung: Rosda
Gunawan, Ari. (1995). Kebijakan-kebijakan Pendidikan. Jakarta: PT. Rhineka Cipta
Tilaar. (1992). Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Rosda
Latif, Abdul. (2007). Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung: Reflika Aditama
Nurihsan, Juntika, 2007. Perkembangan Peserta Didik, Bandung : Sekolah Pasca Sarjana UPI
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini
http://qeeasyifa.multiply.com/journal/item/61/MEMAHAMI_PENDIDIKAN_ANAK_USIA_DINI
http://www.tabloid-nakita.com/artikel2.php3?edisi=07327&rubrik=topas
http://eldiina.com/index.php?option=com_content&task=view&id=29&Itemid=1
www.akhmadsudrajat.wordpress.com
Makalah Paud
Blog, Updated at: 01.47
Blog's Mas Dewa